Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Selasa, 14 Januari 2014

Bagaimana Konsumsi Obat Tradisional Pada Lansia?


Orang tua sering dianggap jarang mengkonsumsi obat-obatan tambahan dan obat-obatan alternatif. Namun tahukah anda, baru-baru ini surveys menunjukkan bahwa orang tua lebi seringmenggunakan obat-obatan tambahan dan obat-obat alternatif daripada orang yang lebih muda. Dibandingkan dengan sekitar 50% pada populasi umum, 60 sampai 80% dari konsumen lanjut usia telah menyatakan penggunaan setidaknya satu herbal atau nutrisi pada kondisi biasanya. Selain itu, jumlah obat yang diambil oleh orang tua tidak bisa dianggap tidak sepele, karena berkisar 4-7 kali per harinya (Moses, 2005)
Penggunaan produk herbal atau obat tradisional biasanya tersedia dan dapat diperoleh tanpa menggunakan resep. Bukti khasiat dan kemanan obat tradisional juga tidak selalu didukung oleh data ilmiah yang memada (Moses, 2005)
Ada segudang alasan mengapa lansia tertarik menggunakan obat-obat tambahan, termasuk obat tradisional. Alasan yang paling umum adalah bahwa yang obat ini mudah didapat, aman, dan efektif. Persepsi tersebut seperti mengesampingkan fakta bahwa terdapat kemungkinan adanya efek samping obat serta adanya interaksi obat. Selain itu, pada pasien lansia biasanya juga mengkonsumsi berbagai obat-obat lain terkait dengan penyakitnya dan penurunan fungsi tubuh. Oleh karena itu, rasionalitas penggunaan obat tradisional pada lansia harus lebih diperhatikan lagi (Moses, 2005)
Adanya penyakit kronis juga terkait dengan penggunaan obat tradisional yang lebih sering pada orang tua. Dalam sebuah studi dari orang tua dengan arthritis, orang-orang yang melaporkan penyakit yang lebih parah lebih cenderung menggunakan obat-obatan tradisional atau suplemen lainnya. Hal tersebut juga terjadi pada pasien diabetes dan kanker (Moses, 2005).
Lalu, kapan seorang lansia dapat menggunakan obat tambahan atau obat tradisional? Ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan, yaitu
1.  Penggunaan harus bijaksana, baik dalam keadaan ditentukan, dianjurkan dan /  atau dipilih sendiri, obat-obatan harus digunakan hanya ketika  alternatif yang sesuai dan non-obat  dianggap sesuai kebutuhan.
2.    Penggunaan sesuai: obat yang paling tepat harus  dipilih, memperhitungkan faktor-faktor seperti  kondisi pasien, , potensi risiko dan manfaat pengobatan, dosis, lama pengobatan, dan biaya.
3.   Kemanan: efek merugikan dan kesalahan dalam penggunaan obat-obatan (baik dosis yang urang atau berlebihan) harus diminimalkan.
4.  Efikasi atau khasiat : artinya penggunaan obat tradisional harus dapat mencapai tujuan  terapi dengan memberikan perubahan yang bermanfaat dalam kesehatan.
(Moses, 2005).
Lalu, obat tradisional apa saja yang berpotensi berbahaya dan perlu diperhatikan penggunaannya pada orang tua? Mari kita lanjutkan
1.      Bawang putih

 Bawang putih digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti hiperlipidemia (kelebihan lemak dalam darah), hipertensi, atherosclerosis, penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), serta pencegahan kanker. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa  senyawa sulfur aktif alliin, allicin, ajoene dan dapat menghambat agregasi platelet, mengurangi pembentukan plak, meningkatkan fibrinolisis, dan sederhana mengurangi tekanan darah. Uji coba terkontrol secara acak (RCT) pada hiperlipidemia dilakukan pada awal 1990-an menyarankan bawang putih bubuk tablet menurunkan kadar lipid, tetapi percobaan sejak itu belum dilaporkan adanya efek yang signifikan secara statistik pada konsentrasi lipid plasma dengan dosis yang sama dan dalam populasi yang sama. Sebuah meta- analisis menyarankan efek antihipertensi, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi efek pada CVD. Studi lain juga telah menunjukkan peningkatan konsumsi bawang putih dalam makanan terkait dengan penurunan risiko berkembangnya kanker perut dan kanker kolorektal, tapi penggunaannya dalam suplemen tidak memberikan manfaat yang sama.
Efek samping penggunaan bawang putih adalah waktu perdarahan berkepanjangan, keluhan pada saluran cernagastrointestinal, nafas dan bau badan. Hentikan penggunaan setidaknya 7 hari sebelum operasi.
Bawang putih juga menimbulkan beberapa interaksi obat seperi saquinavir dan chlorzoxazone dan dapat berinteraksi dengan klorpropamid, ritonavir, fluindione, siklosporin, docetaxel, dan parasetamol. Beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa bawang putih mempengaruhi fungsi trombosit dan pembekuan darah. Sehingga lansia yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut harus berkonsultasi dengan dokter apabila akan menggunakan obat tradisional dengan bahan bawang putih.
2.      Echinacea



Echinacea digunakan pada kondisi pilek, infeksi saluran pernapasan atas, atau sebagai peningkat sistem imun (imunostimulan). Bukti ilmiah penggunaannya sampai saat ini adalah alkylamida dari echinacea merangsang fagositosis atau aktivasi makrofag, memodulasi sitokin (seperti IL6, IL 8, dan TNF alpha), dan meningkatkan mobilitas leukosit, yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem imun kita. Studi klinis menunjukkan echinacea efektif untuk pengobatan pilek serta dapat mengurangi insiden dan durasi flu. Efek samping  yang dapat terjadi pada penggunaannya adalah keluhan pada saluran pencernaan dan ruam. Echinacea dapat berinteraksi degan enzim di dalam tubuh, yaitu dapat memodulasi sistem enzim CYP3A4 dan berinteraksi dengan kafein dan midazolam. Konsultasikan dengan dokter jika anda sedang menggunakan obat-obatan tersebut atau menggunakan obat lainnya yang berpotensi menimbulkan interaksi.
3.      Ginseng
Ada berbagai jenis ginseng , dan dua berikut adalah yang paling umum :
a.       Amerika Ginseng ( Panax quinquefolium )

Ginseng jenis ini dapat digunakan untuk mengatasi pencegahan dan pengobatan diabetes, kelelahan, imunostimulan (meningkatkan sistem imun), anti penuaan, dan mengatasi kanker
b.      Asian Ginseng atau Korean Ginseng Merah ( Panax Ginseng )


Ginseng jenis ini dapat digunakan untuk mengatasi disfungsi seksual, pencegahan kanker, imunostimulan, meningkatkan stamina, stamina, fungsi kognitif, diabetes, dan HIV/AIDS
Sangat sedikit penelitian yang mebuktikan manfaat ginseng di atas. Konstituen aktif ginsenosides yang terdapat pada ginseng dapat memodulasi angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru). Ginseng Amerika telah terbukti mengurangi kadar glukosa postprandial (kadar glukosa setelah makan) pada diabetes tipe 2, tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaanya. Ekstrak ginseng terstandar terbukti dapat mempersingkat durasi flu atau infeksi saluran pernapasan. Studi terbaru menunjukkan manfaat dalam menurunkan kelelahan yang berhubungan dengan kanker tetapi masih diperlukan penelitian lanjutan.
Efek samping yang dapat timbul pada penggunaan ginseng adalah insomnia (sulit tidur) dan gangguan pada saluran cerna. Ginseng dapat menyebabkan  tindakan estrogenik dan harus digunakan dengan hati-hati oleh pasien dengan kanker hormon.
Ginseng Amerika dan Asia dapat mengurangi efek dari warfarin (obat yang biasanya digunakan pada pasien stroke) dan meningkatkan efek hipoglikemik insulin dan sulfonilurea. da laporan kasus panax ginseng berinteraksi dengan phenelzine. Apakah anda menggunakan ginseng bersamaan dengan obat-obat tersebut? Ayo konsultasikan pada dokter atau apoteker anda!
(Anastasi et al., 2011)

Daftar Pustaka
Moses, G. 2005. Complementary and Alternative Medicine Use in the Elderly. Journal of Pharmacy Practice and Research, Volume 35, No. 1.
Anastasi, J.K., Chang, M., dan Capili, B. 2011. Herbal Supplements: Talking With Your Patients. Journal for Nurse Practitioners, Vol. 7 (1): 29-35.


Senin, 13 Januari 2014

Apa yang Anda Ketahui tentang Obat Tradisional??



Istilah obat tradisional mungkin sudah tidak asing lagi di telinga anda. Sebagai bangsa Indonesia, penggunaan obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada berbagai lontar diberbagai daerah di Indonesia misalkan pada Usada (Bali). Adanya konsep back to nature maka perkembangan obat tradisional menjadi lebih pesat. Hal tersebut diperkuat dari rekomendasi WHO dalam penggunaan obat tradisional termasuk herbal untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Penggunaan obat tradisional secara tepat dikatakan memiliki efek samping yang lebih sedikit (lebih aman) jika dibandingan dengan bahan kimia obat (Sari, 2006).
Dibandingkan obat-obat modern, obat tradisional juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain: efek sampingnya relatif rendah jika digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta kesesuaian dengan indikasi tertentu, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Katno dan Pramono, 2006).
Disamping berbagai kelebihan, bahan obat alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain: khasiatnya lebih lemah dibandingkan obat kimia, bahan baku belum terstandar, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno dan Pramono, 2006).
Lalu, apakah dibayangan anda, obat tradisional tersebut hanya berupa daun yang direbus atau sejenisnya? Ataukah jamu-jamuan yang biasa dijajakan oleh tukang jamu gendong? Sebenarnya, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM, 2005). Obat tradisional atau obat yang berasal dari bahan-bahan alami tersebut kini sudah mulai berkembang. Di indonesia sendiri, kita mengenal 3 penggolongan obat tradisional. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka (BPOM, 2004). Lalu apa sebenarnya perbedaan ketiga obat tradisional tersebut?
Jamu merupakan obat tradisional indonesia yang klaim khasiatnya terbukti berdasarkan pengalaman atau empiris. Jadi, khasiat jamu sebenarnya sudah diketahui dari nenek moyang kita. Akan tetapi, obat tradisional yang tergolong jamu belum melalui uji-uji ilmiah dan kebenarannya belum didukung oleh data ilmiah (BPOM, 2004). Contoh jamu, misalnya jamu yang diracik oleh tukang jamu gendong. Selain jamu racikan, seperti jamu gendong, kini banyak jamu yang dikemas dalam kemasan modern seperti dalam bentuk kapsul maupun tablet.



Obat tradisional yang kedua adalah obat herbal terstandar (OHT). OHT merupakan  obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandardisasi. Uji praklinik merupakan uji yang telah dilakukan pada hewan (BPOM, 2005). Jadi OHT telah teruji manfaat dan keamanannya secara ilmiah melalui pengujian pada hewan. Selain itu bahan baku yang terstandarisasi ini diartikan sebagai penggunaan bahan baku yang telah terkontrol, baik dari proses penanamannya hingga pemanenannya, sehingga mutu dan keamanannya dapat dikontrol. Di Indonesia sendiri, telah beredar beberapa OHT, seperti berikut.







Obat tradisional yang ketiga adalah fitofarmaka. Berbeda dengan jamu dan OHT, fitofarmaka merupakan level tertinggi dari obat tradisional. Fitofarmaka merupakan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi (BPOM, 2005). Apabila OHT hanya mengalami tahap uji praklinik (uji pada hewan), fitofarmaka telah terbukti secara klinis dengan pengujian kepada manusia. Jadi, obat ini telah teruji keamanan dan khasiatnya pada manusia. Selain itu, bahan baku pembuatannya juga dikontrol seperti pada OHT, tetapi berbeda dengan OHT, fitofarmaka juga mengalami standarisasi untuk produk jadinya.  Karena membutuhkan pengujian laboratorium yang lebih banyak dan panjang, maka hanya baru 5 jenis fitofarmaka yang kita kenal di indonesia. Berikut merupakan contohnya.









Lalu, bagaimana kita mengenali jamu, OHT, atau fitofarmaka ketika akan membelinya? Anda tidak usah khawatir, karena obat tradisional akan diberi logo sesuai jenisnya. Logo jamu, OHT, dan fitofarmaka adalah sebagai berikut






Jadi, kini kita tidah hanya bisa mendapatkan manfaat obat tradisional yang telah terbukti khasiatnya secara turun temurun, tetapi juga kita bisa mendapatkan manfaat obat tradisional dengan kualitas yang lebih baik, seperti pada OHT dan Fitofarmaka.


DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2004. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
BPOM. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka. Jakarta: Depkes RI.
Katno dan Pramono S. 2006. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Yogyakarta : Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu Dan Fakultas Farmasi UGM. Hal 1-14.
Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Jember: Ps Farmasi Universitas Jember. Hal 2-3

Langkah-Langkah Menjadi Lansia yang Sehat



Penuaan adalah sebuah proses alami. Setiap orang akan mengalami fase yang mengarah kepada penuaan. Oleh karena itu, semua orang harus menyadari dan mempersiapkan diri untuk menjadi lansia (lanjut usia) yang sehat jasmani, rohani, dan sosial. Setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia lanjut (Ismayadi, 2004). Hal ini sesuai slogan Tahun Usia Lanjut WHO yaitu “Do not put years to life but life into years. Long life without continous usefulness, productivity, dan good quality of life is not blessing” yang artinya usia panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri dengan kualitas hidup yang baik (Mitra Keluarga, 2013). Menjadi tua namun tetap sehat bukanlah hal yang mustahil. Agar tetap aktif dan sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu melakukan mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik atau olahraga secara benar dan teratur, hindari minuman beralkohol dan tidak merokok (Ismayadi, 2004).

1.      Mengkonsumsi Makanan dan Air Putih
Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena perkembangan fisik akan menurun, tapi perkembangan mental terus berlangsung. Mulai saat itulah kita harus bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan yang hanya di sukai dan yang memberi kepuasan, karena enak di mulut. Bagi lansia sebaiknya mengkonsumsi makanan seperti sayuran segar yang di cuci bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe yang berprotein tinggi. Terutama hati yang banyak mengandung gizi seperti kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C (Mitra Keluarga, 2013).
Selain itu lansia disarankan untuk lebih banyak mengkonsumsi air putih setiap harinya (1,5 – 2 L perhari). Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain (Ismayadi, 2004).

2.      Perhatian Keluarga
Perhatian keluarga mempunyai dampak psikologis dan fisiologis yang amat besar, misalnya perhatian dalam bentuk penyediaan makanan sehari – hari yang bergizi, perlindungan dan penjagaan keamanan dan kenyamanan lingkungan tempat tinggal (Akmal, 2012). Selanjutnya interaksi sosial dan komunitas juga sangat penting bagi kehidupan lansia untuk tetap sehat. Jika seorang lansia mengalami kesepian, akan menimbulkan terjadinya depresi pada lansia yang akan menurunkan daya tahan tubuh lansia. Bila depresi yang diderita berkepanjangan maka kualitas sehat akan semakin menurun yang dapat memperpendek umur (Ismayadi, 2004).

3.      Aerobik atau Berolahraga
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding (Ismayadi, 2004).
Olahraga untuk lansia bertujuan untuk Pengembangan otot, untuk membantu tubuh agar tetap dapat bergerak, stabil, dan bugar; Perbaikan stamina agar secara lambat laun menaikkan kemampuan fisik/tubuh; Membangun kontak psikologis lebih luas untuk menghindari perasaan terisolir (BKKBN, 2012).
Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Sumedi, 2010).

4.      Istirahat yang Cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit. Orang lansia harus tidur lima sampai enam jam sehari. Banyak orang kurang tidur jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah, dan stress. Untuk itu istirahat sangat diperlukan supaya tubuh memiliki waktu untuk melakukan recovery (pemulihan), sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari dengan nyaman (Ismayadi, 2004).

5.      Faktor Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu reaksi seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia dapat bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) serta dapat bersifat aktif (tindakan yang nyata). Perilaku yang dianjurkan pada lansia:
a.       Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
b.      Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis serta meningkat rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan. 
c.       Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama. 
d.      Olahraga ringan tiap hari. 
e.       Makan sedikit tapi sering, dan pilih makanan yang sesuai serta banyak minum. 
f.       Berhenti merokok dan minum minuman keras. 
g.      Minum obat sesuai dengan anjuran dokter/ petugas kesehatan yang lain. 
h.      Mengembangkan hobi sesuai kemampuan. 
i.        Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan sex. 
j.        Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur
(Ismayadi, 2004).
6.      Minum suplemen gizi yang diperlukan
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan (Ismayadi, 2004).

7.      Memeriksa kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat (Ismayadi, 2004).


8.      Mental dan batin
Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:
a.       Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
b.      Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
c.       Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat (Ismayadi, 2004).

Selain beberapa cara yang telah disebutkan diatas, untuk dapat menjadi lansia yang sehat, perlu diperhatikan juga status gizi pada usia lanjut. Status gizi lansia adalah keadaan lansia yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur. Perbandingan perhitungan rata-rata kebutuhan gizi dengan jumlah asupan zat gizi dapat memberikan indikasi ada tidaknya masalah gizi. Lansia dapat mengalami kelebihan maupun kekurangan gizi (Akmal, 2012).
Kekurangan gizi bisa terjadi karena ketidaktahuan, isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan mental, kemiskinan, gangguan nafsu makan, gangguan mengunyah, obat – obatan, peningkatan kebutuhan gizi, serta alkoholisme (Mitra Keluarga, 2013). Dalam menentukan status gizi lansia terlebih dahulu dilakukan evaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi dan merencanakan usaha perbaikan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut. Perbaikan gizi lansia dapat menggunakan analisis yang bersifat individual maupun kelompok dengan mengacu kepada Angka Kecukupan Gizi (AKG). AKG ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan dan keadaan fisiologis (Akmal, 2012).
Untuk itu, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi aneka ragam makanan secara bergantian untuk menurunkan kekurangan gizi tertentu. Keanekaragaman makanan tersebut diantaranya harus memiliki sumber karbohidrat kompleks dalam jumlah sesuai aturan. Diantaranya, banyak mengkonsumsi makanan berserat, memiliki zat ebsi cukup, atau bergantian antara sumber nabati dan hewani. Minum air yang bersih dalam jumlah banyak, serta membatasi konsumsi lemak dan minyak berlebihan, dan mengurangi makanan yang tinggi gula murni dan lemak (Mitra Keluarga, 2013).
Sedapat mungkin, perbanyak konsumsi hewan laut, karena lemak tak jenuh Omega-3 pada ikan terbukti memberikan perlindungan terhadap arterosklerosis. Jangan lupa untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah berwarna hijau, kuning, oranye karena banyak mengandung serat, vitamin C, vitamin A, dan vitamin E yang melindungi sel tubuh dari kerusakan (Mitra Keluarga, 2013).


DAFTAR PUSTAKA
Akmal, H. F. 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktivitas  Fisik Dan Status Gizi Antara Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia. Semarang: Program Pendidikan Sarjana  Kedokteran Universitas Diponegoro.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2012. Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging Proses). Sumatera Utara: USU digital library.
Mitra Keluarga. 2013. Majalah Rumah Sakit Mitra Keluarga Edisi 9 Juni 2013. Jakarta : Rumah Sakit Mitra Keluarga Grup.
Nopembri, S. 2010. Meningkatkan Kualitas Hidup Aktif Para Lansia Melalui Aktivitas Jasmani Dan Olahraga.  Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY.
Sumedi, T., Wahyudi, dan Ani, K. 2010. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Skala Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dewanata Cilacap. J. Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) 5(1). Prodi keperawatan - Poltekkes Depkes Purwokerto.