Senin, 06 Januari 2014

VITAMIN B



       Apakah anda sudah kenal dengan vitamin B? Ayo kenali vitamin B lebih dekat karena vitamin B berperan dalam berbagai proses di dalam tubuh kita. Terdapat beberapa macam bentuk vitamin B, yaitu B1, B2, B3, B5, B6, dan B12. Berikut merupakan ulasan untuk masing-masing vitamin B tersebut.
1.      Vitamin B1
Vitamin B1 disebut juga sebagai thiamin berfungsi dalam pembentukan energi, memegang peranan dalam penghantaran saraf perifer. Sumber utama makanan yang mengandung vitamin B1, yaitu keju, daging organ, daging babi, daging sapi, gandum, kacang, dan polong-polongan (Fauci et al., 2008).
Kebutuhan vitamin B1 untuk usia lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita) masing-masing sebesar 0,9 dan 0,7 mg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992). Defisiensi vitamin B1 terjadi bila asupannya kurang dari 0,3 mg setiap 1000 kcal makanan yang dikonsumsi. Defisiensi vitamin B1 pada stage awal meginduksi anoreksia dan gejala yang tidak spesifik (seperti cepat marah dan penurunan ingatan jangka pendek). Defisiensi vitamin B1 jangka panjang menyebabkan beriberi. Kekurangan vitamin B1 juga dapat menyebabkan kerusakan saraf, kelemahan otot, kelelahan, pembesaran jantung (kardiomegali), dan bengkak (edema) (Fauci et al., 2008).
Defisiensi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan. Pada negara-negara barat, pecandu alkohol dan  penyakit-penyakit kronis, seperti kanker menyebbakan terjadinya defisiensi vitamin ini. Alkohol mempengaruhi secara langsung penyerapan vitamin B1. Penggunan obat golongan diuretik untuk jangka waktu lama juga dapat menyebabkan defisiensi vitamin B1 (Fauci et al., 2008). Defisiensi vitamin B1 jarang terjadi pada orang tua. Meskipun demikian, kurangnya vitamin B1 sering terjadi pada orang tua dengan kebiasaan minum alkohol (pecandu alkohol) (Lipschitz, 2003).

2.      Vitamin B2
Vitamin B2 sering disebut dengan istilah riboflavin. Vitamin B2 penting dalam proses metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein. Vitamin ini juga berperan dalam metabolisme beberapa obat.

       Daging tanpa lemak, ikan, telur, brokoli, dan polong polongan merupakan sumber yang baik untuk vitamin B2. Sumber lain vitamin B2, di antaranya susu, dan produk olahan susu lainnya, serta sereal. Vitamin B2 peka (dapat rusak) karena cahaya, sehingga untuk mendapatkan susu yang kaya akan vitamin B2, susu harus disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya (Fauci et al., 2008).
Kebutuhan vitamin B2 untuk usia lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita) masing-masing sebesar 1,3 dan 1,1 mg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992). Defisiensi vitamin B2 terjadi jika asupan hariannya kurang dari 0,6 mg. Defisiensi vitamin B2 hampir selalu disebabkan oleh kurangnya asupan. Defisiensi vitamin B2 terutama tampak dengan luka pada permukaan mulut dan kulit (mukokutaneous lesions). Selain mukokutaneous lesions, anemia, dan perubahan kepribadian dapat terjadi jika kita kekurangan vitamin B2. Tanda-tanda lain defisiensi dapat berupa lidah berwarna merah keunguan, kurus, peradangan di daerah mulut (stomatitis), cheilosis (bibir pecah-pecah), dan seborrhea. Seborrhea merupakan peradagan pada kulit yang dapat menyebabkan adanya serpihan, berwarna putih kekunigan yang terbentuk pada area berminyak seperti kulit kepala, wajah, atau di dalam telinga (Fauci et al., 2008).

3.      Vitamin B3
Istilah vitamin B3 dikenal juga dengan istilah niasin. Vitamin B3  penting untuk metabolisme tubuh, terkait dengan DNA dan kalsium. Vitamin B3 diperlukan untuk mengubah triptofan menjadi serotonin. Kekurangan vitamin B3 menimbulkan kelebihan triptofan di otak dengan gejala perubahan suasana jiwa dan perilaku (gelisah). Sumber vitamin ini adalah buncis, susu, daging, telur, dan sereal gandum  (Fauci et al., 2008)
Kebutuhan vitamin B3 (niasin) untuk usia lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita) masing-masing sebesar 14-17 mg dan 10-12 mg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992). Defisiensi terjadi bila asupan niasin kurang dari 9 mg per harinya. Defisiensi vitamin B3 biasanya terjadi pada pecandu alkohol (Fauci et al., 2008)
Kurangnya vitamin ini menyebabkan pelagra. Gejala awal pelagra termasuk hilangnya nafsu makan, lemah, nyeri abdomen, dan muntah. Gejala diikuti oleh glotis yang berwarna merah cerah, diikuti dengan ruam kulit yang khas, khususnya pada area yang terekspos cahaya matahari. Ruam ini dikenal sebagai Casal's necklace karena membentuk cincin disekitar leher. Kelainan lain akibat kurangnya vitamin ini adalah radang pada vagina dan kerongkongan, diare, depresi, kejang, dan demensia (sekumpulan gejala gangguan pada otak, seperti kehilangan kontrol untuk melakukan kegiatan sehari-hari hingga adanya perubahan kepribadian) (Fauci et al., 2008)

4.      Vitamin B6
Vitamin B6 disebut juga sebagai piridoksin, berperan penting dalam metabolisme protein. Vitamin B6 juga terlibat dan pembentukan hemoglobin, neurotransmiter (zat yang berperan dalam membawa sinyal dari sel saraf satu ke sel saraf lainnya), serta dalam metabolisme gula di dalam hati, lemak, steroid, sphingoid bases, dan beberapa vitamin. Vitamin B6 dapat bersumber dari polong-polongan, kacang, dedak gandum, dan daging (Fauci et al., 2008). 
Kebutuhan vitamin B6 untuk usia lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita) masing-masing sebesar 1-1,5 mg dan 0,8-1,0 mg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992). Defisiensi terjadi bila asupan vitamin B6 kurang dari 0,2 mg per harinya (Fauci et al., 2008). Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan seborrhea, kejang, glositis (peradangan pada lidah), neuropati (kerusakan sel saraf), depresi, kebingungan, dan anemia (BNF, 2007). Kekurangan vitamin ini biasanya terjadi pada pecandu alkohol dan orang yang menggunakan obat isoniazid (Fauci et al., 2008).

5.      Vitamin B12
Kebutuhan vitamin B12 untuk usia lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita) masing-masing sebesar 2 µg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992). Defisiensi terjadi bila asupan vitamin B12 kurang dari 1 µg per harinya (Fauci et al., 2008). Sebanyak 10% orang tua yang sehat mengalami kekurangan vitamin B12 dalam darahnya (Lipschitz, 2003). 
Sumber vitamin B12 dapat berupa telur, daging, ikan, susu dan produk olahannya.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia parah, hilangnya kemampuan merasakan getaran, gaya berjalan yang tidak normal, demensia, impoten, kehilangan kontrol terhadap lambung dan kandung kemih. Kekurangan vitamin B12 biasanya terjadi pada orang dengan gastritis atropi (peradangan yang parah pada lambung disertai hilangnya sel-sel di lambung), kelainan usus halus bagian tepi, vegetarian ketat, dan obat-obatan seperti obat  golongan H2 blockers) (Fauci et al., 2008).

      Ayo, jaga kesehatan anda dengan mulai memenuhi kebutuhan vitamin B..

Daftar Pustaka 
BNF. 2007. British National Formulary 54. UK: BMJ Publishing Group Ltd and RPS Publishing 
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., dan Loscalzo, J. 2008. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth Edition. USA:  The McGraw-Hill Companies. 
Lipschitz, D.A. 2003. Nutrition. In: Cassel, C.K.,  Leipzig, R.M., Cohen, H.J., Larson, E.B., Meier, D.E. Geriatric Medicine An Evidence-Based Approach. Newyork: Springer –Verlag Ne York Inc. P. 1011-1013.
Wahlqvist,  M.L. dan Lukito, W. 1992. Nutrition in Elderly. Australia: Excerpta Medica.

0 komentar:

Posting Komentar