Apakah
anda sudah kenal dengan vitamin B? Ayo kenali vitamin B lebih dekat karena
vitamin B berperan dalam berbagai proses di dalam tubuh kita. Terdapat beberapa
macam bentuk vitamin B, yaitu B1, B2, B3, B5, B6, dan B12. Berikut merupakan
ulasan untuk masing-masing vitamin B tersebut.
1.
Vitamin
B1
Vitamin B1 disebut juga sebagai thiamin
berfungsi dalam pembentukan energi, memegang peranan dalam penghantaran saraf
perifer. Sumber utama makanan yang
mengandung vitamin B1, yaitu keju, daging organ, daging babi, daging sapi, gandum,
kacang, dan polong-polongan (Fauci et al.,
2008).
Kebutuhan vitamin B1 untuk usia lanjut
(di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita) masing-masing
sebesar 0,9 dan 0,7 mg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992). Defisiensi
vitamin B1 terjadi bila asupannya kurang dari 0,3 mg setiap 1000 kcal makanan
yang dikonsumsi. Defisiensi vitamin B1 pada stage
awal meginduksi anoreksia dan gejala yang tidak spesifik (seperti cepat marah
dan penurunan ingatan jangka pendek). Defisiensi vitamin B1 jangka panjang
menyebabkan beriberi. Kekurangan
vitamin B1 juga dapat menyebabkan kerusakan saraf, kelemahan otot, kelelahan,
pembesaran jantung (kardiomegali), dan bengkak (edema) (Fauci et al., 2008).
Defisiensi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan.
Pada negara-negara barat, pecandu alkohol
dan penyakit-penyakit kronis, seperti kanker
menyebbakan terjadinya defisiensi vitamin ini. Alkohol mempengaruhi secara
langsung penyerapan vitamin B1. Penggunan obat golongan diuretik untuk jangka
waktu lama juga dapat menyebabkan defisiensi vitamin B1 (Fauci et al., 2008). Defisiensi
vitamin B1 jarang terjadi pada orang tua. Meskipun demikian, kurangnya vitamin
B1 sering terjadi pada orang tua dengan kebiasaan minum alkohol (pecandu
alkohol) (Lipschitz, 2003).
2.
Vitamin
B2
Vitamin B2 sering
disebut dengan istilah riboflavin. Vitamin B2 penting dalam proses metabolisme
lemak, karbohidrat, dan protein. Vitamin ini juga berperan dalam metabolisme
beberapa obat.
Daging tanpa
lemak, ikan, telur, brokoli, dan polong polongan merupakan sumber yang baik
untuk vitamin B2. Sumber lain vitamin B2, di antaranya susu, dan produk olahan
susu lainnya, serta sereal. Vitamin B2 peka (dapat rusak) karena cahaya,
sehingga untuk mendapatkan susu yang kaya akan vitamin B2, susu harus disimpan
pada tempat yang terlindung dari cahaya (Fauci et al., 2008).
Kebutuhan
vitamin B2 untuk usia lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun
untuk wanita) masing-masing sebesar 1,3 dan 1,1 mg per hari (Wahlqvist dan
Lukito, 1992). Defisiensi vitamin B2 terjadi jika asupan hariannya
kurang dari 0,6 mg. Defisiensi vitamin B2 hampir selalu disebabkan oleh
kurangnya asupan. Defisiensi vitamin B2 terutama tampak dengan luka pada
permukaan mulut dan kulit (mukokutaneous
lesions). Selain mukokutaneous
lesions, anemia, dan perubahan kepribadian dapat terjadi jika kita
kekurangan vitamin B2. Tanda-tanda lain defisiensi dapat berupa lidah berwarna
merah keunguan, kurus, peradangan di daerah mulut (stomatitis), cheilosis (bibir pecah-pecah), dan seborrhea. Seborrhea merupakan peradagan pada kulit yang dapat menyebabkan
adanya serpihan, berwarna putih
kekunigan yang terbentuk pada area berminyak seperti kulit kepala, wajah, atau
di dalam telinga (Fauci et al., 2008).
3.
Vitamin
B3
Istilah vitamin B3 dikenal juga dengan
istilah niasin. Vitamin B3 penting untuk metabolisme tubuh, terkait
dengan DNA dan kalsium. Vitamin B3 diperlukan untuk mengubah
triptofan menjadi serotonin. Kekurangan vitamin B3 menimbulkan
kelebihan triptofan di otak dengan gejala perubahan suasana jiwa dan perilaku
(gelisah). Sumber vitamin ini adalah buncis,
susu, daging, telur, dan sereal gandum (Fauci
et al., 2008).
Kebutuhan vitamin B3 (niasin) untuk usia
lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita)
masing-masing sebesar 14-17 mg dan 10-12 mg per hari (Wahlqvist dan Lukito,
1992). Defisiensi terjadi bila asupan niasin kurang dari 9 mg per harinya. Defisiensi
vitamin B3 biasanya terjadi pada pecandu alkohol (Fauci et al., 2008)
Kurangnya vitamin ini menyebabkan pelagra. Gejala awal pelagra termasuk
hilangnya nafsu makan, lemah, nyeri abdomen, dan muntah. Gejala diikuti oleh
glotis yang berwarna merah cerah, diikuti dengan ruam kulit yang khas,
khususnya pada area yang terekspos cahaya matahari. Ruam ini dikenal sebagai Casal's
necklace karena membentuk cincin disekitar leher. Kelainan lain akibat
kurangnya vitamin ini adalah radang pada vagina dan kerongkongan, diare,
depresi, kejang, dan demensia (sekumpulan gejala gangguan pada otak, seperti
kehilangan kontrol untuk melakukan kegiatan sehari-hari hingga adanya perubahan
kepribadian) (Fauci et al., 2008)
4.
Vitamin
B6
Vitamin B6
disebut juga sebagai piridoksin, berperan penting dalam metabolisme
protein. Vitamin B6 juga terlibat dan pembentukan hemoglobin,
neurotransmiter (zat yang berperan dalam membawa sinyal dari sel saraf satu ke
sel saraf lainnya), serta dalam metabolisme gula di dalam hati, lemak, steroid,
sphingoid bases, dan beberapa vitamin.
Vitamin B6 dapat bersumber dari polong-polongan, kacang, dedak gandum, dan
daging (Fauci et al., 2008).
Kebutuhan vitamin B6 untuk usia lanjut
(di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun untuk wanita) masing-masing
sebesar 1-1,5 mg dan 0,8-1,0 mg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992).
Defisiensi terjadi bila asupan vitamin B6 kurang dari 0,2 mg per harinya (Fauci et al., 2008).
Kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan seborrhea, kejang, glositis (peradangan pada
lidah), neuropati (kerusakan sel saraf), depresi, kebingungan, dan anemia (BNF,
2007). Kekurangan vitamin ini biasanya terjadi pada pecandu
alkohol dan orang yang menggunakan obat isoniazid (Fauci et al., 2008).
Kebutuhan
vitamin B12 untuk usia lanjut (di atas 64 tahun untuk pria dan di atas 54 tahun
untuk wanita) masing-masing sebesar 2 µg per hari (Wahlqvist dan Lukito, 1992).
Defisiensi terjadi bila asupan vitamin B12 kurang dari 1 µg per harinya (Fauci et al., 2008).
Sebanyak 10%
orang tua yang sehat mengalami kekurangan vitamin B12 dalam darahnya
(Lipschitz, 2003).
Sumber
vitamin B12 dapat berupa telur, daging, ikan, susu dan produk olahannya.
Kekurangan
vitamin B12 dapat menyebabkan anemia parah, hilangnya kemampuan merasakan
getaran, gaya berjalan yang tidak normal, demensia, impoten, kehilangan kontrol
terhadap lambung dan kandung kemih. Kekurangan vitamin B12 biasanya terjadi
pada orang dengan gastritis atropi (peradangan yang parah pada lambung disertai
hilangnya sel-sel di lambung), kelainan usus halus bagian tepi, vegetarian
ketat, dan obat-obatan seperti obat golongan
H2 blockers) (Fauci et al.,
2008).
Ayo, jaga kesehatan anda dengan
mulai memenuhi kebutuhan vitamin B..
Daftar Pustaka
BNF. 2007. British National Formulary 54. UK: BMJ Publishing Group Ltd and RPS Publishing
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., dan Loscalzo, J. 2008. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
Lipschitz, D.A. 2003. Nutrition. In: Cassel, C.K., Leipzig, R.M., Cohen, H.J., Larson, E.B., Meier, D.E. Geriatric Medicine An Evidence-Based Approach. Newyork: Springer –Verlag Ne York Inc. P. 1011-1013.
Wahlqvist, M.L. dan Lukito, W. 1992. Nutrition in Elderly. Australia: Excerpta Medica.
BNF. 2007. British National Formulary 54. UK: BMJ Publishing Group Ltd and RPS Publishing
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., dan Loscalzo, J. 2008. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
Lipschitz, D.A. 2003. Nutrition. In: Cassel, C.K., Leipzig, R.M., Cohen, H.J., Larson, E.B., Meier, D.E. Geriatric Medicine An Evidence-Based Approach. Newyork: Springer –Verlag Ne York Inc. P. 1011-1013.
Wahlqvist, M.L. dan Lukito, W. 1992. Nutrition in Elderly. Australia: Excerpta Medica.
0 komentar:
Posting Komentar