Senin, 06 Januari 2014

INFORMASI OBAT TRADISIONAL


      




  Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam penggunaan obat tradisional perlu diperhatikan beberapa hal, meliputi :

a. Kebenaran Bahan 
       Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan..

 b. Ketepatan Dosis  
      Takaran yang tepat dalam penggunaan obat tradisional memang belum banyak didukung oleh data hasil penelitian. Peracikan secara tradisional menggunakan takaran sejumput, segenggam atau pun seruas yang sulit ditentukan ketepatannya. Penggunaan takaran yang lebih pasti dalam satuan gram dapat mengurangi kemungkinan terjadinya efek yang tidak diharapkan karena batas antara racun dan obat dalam bahan tradisional amatlah tipis. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.  

c. Ketepatan Waktu Penggunaan  
      Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan. Akan tetapi jika diminum pada awal masa kehamilan beresiko menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan. 

d. Ketepatan Cara Penggunaan 
       Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan / mabuk.

e. Tanpa Penyalahgunaan 
      Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat dari tanaman obat maupun obat tradisional tersebut (Sari, 2006).
 

  
    Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Untuk membuat obat tradisional berupa ramuan yang dibuat sendiri, dapat dilakukan cara sederhana dengan mengikuti petunjuk pembuatan ramuan. Telah diajarkan cara tersebut dan ternyata dapat dipraktikkan dengan mudah, karena bahan yang digunakan mudah didapat serta pembuatan yang sederhana. Pengajaran pertama diberikan kepada petugas kesehatan berupa teori singkat dan praktik pembuatan ramuan menggunakan bahan-tanaman obat setempat dan peralatan dapur yang ada. Pengetahuan yang diberikan antara lain tentang:

a. Bahan baku 
      Dibutuhkan pengetahuan tentang pengenalan tanaman berkhasiat obat. Bahan baku yang digunakan adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman yang masih segar dan dicuci dahulu sebelum digunakan. Pilih tanaman atau bagian tanaman yang tumbuh subur, dalam keadaan utuh tidak dimakan serangga atau ulat dan tidak busuk atau layu. Bahan segar yang dapat disimpan adalah kunyit, temuwak, kencur, buah jeruk nipis, kencur, dll. Bila menggunakan bahan yang sudah kering, pilih yang belum bercendawan dan dimakan serangga. Sebelum digunakan dicuci dahulu.

 b. Air 
         Gunakan air bersih untuk mencuci bahan yang akan digunakan dan untuk membuat ramuan. Pembuatan obat tradisional yang tidak membutuhkan pendidihan atau dimasak harus menggunakan air masak.
 
 c. Peralatan 
        Dapat digunakan peralatan memasak yang ada di dapur seperti pisau, talenan, panci, parut, dll. Peralatan dicuci bersih terlebih dahulu sebelum digunakan dan setelah digunakan sehingga tidak tercampur dengan bahan masakan, khususnya yang berasal dari hewan. Untuk merebus, dapat digunakan panci yang dilapisi email atau menggunakan kuali/periuk dari tanah liat. Jangan menggunakan panci yang terbuat dari kuningan atau besi untuk menghindarkan timbulnya endapan, konsentrasi larutan yang rendah, timbulnya racun, atau efek samping lain akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. Khusus untuk merebus jamu yang memberikan rasa pahit, sebaiknya digunakan panci khusus.
 
d. Meramu 
         Sebelum meramu, cuci tangan sampai bersih, siapkan bahan, dan letakkan pada wadah yang bersih. Pastikan bahwa telah diketahui resep ramuan yang akan dibuat (bila perlu melihat catatan).
 
e. Bobot dan takaran 
      Untuk mengukur bobot/takaran dapat digunakan peralatan yang ada di rumah tangga, misalnya gelas, cangkir, sendok, jari, helai, dll. Bobot dan takaran sesuaikan dengan resep yang telah diketahui.
 
f. Cara merebus ramuan
          Untuk merebus bahan/ramuan segar maupun kering, perlu diperhatikan hal berikut:
  • Masukkan bahan ke dalam wadah dan masukkan air sampai bahan terendam (sesuai takaran) dan nyalakan api. Api dapat kecil atau besar sesuai kebutuhan. Obat yang bersifat tonik biasanya direbus dengan api kecil sehingga bahan aktif dapat secara lengkap dikeluarkan ke dalam air rebusan. Obat yang bersifat mengeluarkan keringat, misalnya ramuan untuk influensa, gunakan api besar sehingga dapat mendidih dengan cepat. Dengan cara tersebut, penguapan dari bahan aktif yang mudah menguap dapat dicegah.
  • Bila tidak ada ketetuan lain maka perebusan dianggap selesai bila air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula.
  • Jika ramuan terdiri dari banyak bahan yang keras seperti batang, biji, maka perebusan dianggap selesai bila air tersisa sepertiganya.
g. Penggunaan

      Pastikan bahwa telah diketahui cara penggunaan ramuan. Obat tradisional ada yang digunakan dengan cara diminum atau merupakan obat luar. Penggunaan obat tradisional selama tiga sampai empat hari dan belum ada tanda-tanda penyembuhan atau perbaikan keluhan, segera dibawa ke tempat pelayanan pengobatan terdekat. Bila keluhan semakin memburuk, segera dibawa ke tempat pelayanan pengobatan terdekat tanpa menunggu atau mencoba-coba ramuan lainnya lagi.


h. Aturan minum dan jangka waktu pemakaian

      Ikuti petunjuk atau aturan minum yang sudah diketahui atau diajarkan. Dosis perlu diperhatikan dan ditaati agar pengobatan mencapai hasil yang diharapkan. Obat biasanya diminum sebelum makan, kecuali bila ramuan tersebut merangsang lambung. Obat yang bersifat menenangkan dan menyebabkan kantuk sebaiknya diminum menjelang tidur malam. Obat tradisional yang digunakan bersama-sama obat moderen sebaiknya diberi jangka waktu minum, yaitu selisih sekitar 2 jam untuk kedua jenis obat ini. Sebaiknya, ramuan segera diminum dalam keadaan segar. Untuk ramuan yang tidak dididihkan atau direbus, gunakan segera dalam waktu 12 jam. Sedangkan ramuan yang direbus dapat digunakan dalam jangka waktu 24 jam.
(BPOM RI, 2005)



Contoh obat herbal untuk orang tua adalah pemakaian daun rambutan untuk menghitamkan rambut beruban. Berikut adalah cara penggunaannya:
Cuci daun rambutan secukupnya lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan sedikit air sambil diaduk merata sampai menjadi adonan seperti bubur. Peras dan saring dengan sepotong kain. Gunakan air yang terkumpul untuk membasahi rambut kepala. Lakukan setiap hari sampai terlihat hasilnya (Dalimartha, 2007).


Daun dari rambutan mengandung tannin, dimana tannin merupakan zat warna alami yang terdapat di dalam tanaman, sehingga dapat digunakan sebagai pewarna rambut (Dalimartha, 2007).



DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Jakarta. 

Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara. Hal: 114-117.

Donatus, I. A. 1999. Nasib Obat Pada Diri Lanjut Usia (Lansia). SIGMA, 2(1): 1-10.



Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1): 1-7. 


WHO, 2003, Traditional Medicine, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/, diakses Desember 2013.

0 komentar:

Posting Komentar