Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan
ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Dalam penggunaan obat tradisional perlu diperhatikan beberapa
hal, meliputi :
a. Kebenaran
Bahan
Tanaman
obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk
dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau
tidaknya efek terapi yang diinginkan..
b. Ketepatan
Dosis
Takaran
yang tepat dalam penggunaan obat tradisional memang belum banyak didukung oleh
data hasil penelitian. Peracikan secara tradisional menggunakan takaran
sejumput, segenggam atau pun seruas yang sulit ditentukan ketepatannya.
Penggunaan takaran yang lebih pasti dalam satuan gram dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya efek yang tidak diharapkan karena batas antara racun dan
obat dalam bahan tradisional amatlah tipis. Dosis yang tepat membuat tanaman
obat bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.
c. Ketepatan
Waktu Penggunaan
Kunyit
diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun
dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang
bulan. Akan tetapi jika diminum pada awal masa
kehamilan beresiko menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan
waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang
diharapkan.
d. Ketepatan
Cara Penggunaan
Satu
tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya.
Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda
dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti
rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika
diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan / mabuk.
e. Tanpa
Penyalahgunaan
Tanaman
obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan karena tidak
memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat dari
tanaman obat maupun obat tradisional tersebut (Sari, 2006).
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Untuk membuat obat tradisional berupa ramuan yang dibuat sendiri, dapat dilakukan cara sederhana dengan mengikuti petunjuk pembuatan ramuan. Telah diajarkan cara tersebut dan ternyata dapat dipraktikkan dengan mudah, karena bahan yang digunakan mudah didapat serta pembuatan yang sederhana. Pengajaran pertama diberikan kepada petugas kesehatan berupa teori singkat dan praktik pembuatan ramuan menggunakan bahan-tanaman obat setempat dan peralatan dapur yang ada. Pengetahuan yang diberikan antara lain tentang:
a. Bahan baku
Dibutuhkan pengetahuan tentang
pengenalan tanaman berkhasiat obat. Bahan baku yang digunakan adalah bagian
tanaman atau seluruh tanaman yang masih segar dan dicuci dahulu sebelum
digunakan. Pilih tanaman atau bagian tanaman yang tumbuh subur, dalam keadaan
utuh tidak dimakan serangga atau ulat dan tidak busuk atau layu. Bahan segar
yang dapat disimpan adalah kunyit, temuwak, kencur, buah jeruk nipis, kencur,
dll. Bila menggunakan bahan yang sudah kering, pilih yang belum bercendawan dan
dimakan serangga. Sebelum digunakan dicuci dahulu.
b. Air
Gunakan air bersih untuk mencuci
bahan yang akan digunakan dan untuk membuat ramuan. Pembuatan obat tradisional
yang tidak membutuhkan pendidihan atau dimasak harus menggunakan air masak.
c. Peralatan
Dapat digunakan peralatan memasak
yang ada di dapur seperti pisau, talenan, panci, parut, dll. Peralatan dicuci
bersih terlebih dahulu sebelum digunakan dan setelah digunakan sehingga tidak
tercampur dengan bahan masakan, khususnya yang berasal dari hewan. Untuk
merebus, dapat digunakan panci yang dilapisi email atau menggunakan
kuali/periuk dari tanah liat. Jangan menggunakan panci yang terbuat dari
kuningan atau besi untuk menghindarkan timbulnya endapan, konsentrasi larutan
yang rendah, timbulnya racun, atau efek samping lain akibat terjadinya reaksi
kimia dengan bahan obat. Khusus untuk merebus jamu yang memberikan rasa pahit,
sebaiknya digunakan panci khusus.
d. Meramu
Sebelum meramu, cuci tangan sampai
bersih, siapkan bahan, dan letakkan pada wadah yang bersih. Pastikan bahwa
telah diketahui resep ramuan yang akan dibuat (bila perlu melihat catatan).
e. Bobot dan takaran
Untuk mengukur bobot/takaran dapat
digunakan peralatan yang ada di rumah tangga, misalnya gelas, cangkir, sendok,
jari, helai, dll. Bobot dan takaran sesuaikan dengan resep yang telah
diketahui.
f. Cara merebus ramuan
Untuk merebus bahan/ramuan segar maupun kering, perlu diperhatikan hal berikut:
Untuk merebus bahan/ramuan segar maupun kering, perlu diperhatikan hal berikut:
- Masukkan bahan ke dalam wadah dan masukkan air sampai bahan terendam (sesuai takaran) dan nyalakan api. Api dapat kecil atau besar sesuai kebutuhan. Obat yang bersifat tonik biasanya direbus dengan api kecil sehingga bahan aktif dapat secara lengkap dikeluarkan ke dalam air rebusan. Obat yang bersifat mengeluarkan keringat, misalnya ramuan untuk influensa, gunakan api besar sehingga dapat mendidih dengan cepat. Dengan cara tersebut, penguapan dari bahan aktif yang mudah menguap dapat dicegah.
- Bila tidak ada ketetuan lain maka perebusan dianggap selesai bila air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula.
- Jika ramuan terdiri dari banyak bahan yang keras seperti batang, biji, maka perebusan dianggap selesai bila air tersisa sepertiganya.
g. Penggunaan
Pastikan bahwa telah diketahui cara
penggunaan ramuan. Obat tradisional ada yang digunakan dengan cara diminum atau
merupakan obat luar. Penggunaan obat tradisional selama tiga sampai empat hari
dan belum ada tanda-tanda penyembuhan atau perbaikan keluhan, segera dibawa ke
tempat pelayanan pengobatan terdekat. Bila keluhan semakin memburuk, segera
dibawa ke tempat pelayanan pengobatan terdekat tanpa menunggu atau mencoba-coba
ramuan lainnya lagi.
h. Aturan minum dan jangka waktu pemakaian
Ikuti petunjuk atau aturan minum yang sudah diketahui atau
diajarkan. Dosis perlu diperhatikan dan ditaati agar pengobatan mencapai hasil
yang diharapkan. Obat biasanya diminum sebelum makan, kecuali bila ramuan
tersebut merangsang lambung. Obat yang bersifat menenangkan dan menyebabkan
kantuk sebaiknya diminum menjelang tidur malam. Obat tradisional yang digunakan
bersama-sama obat moderen sebaiknya diberi jangka waktu minum, yaitu selisih
sekitar 2 jam untuk kedua jenis obat ini. Sebaiknya, ramuan segera diminum
dalam keadaan segar. Untuk ramuan yang tidak dididihkan atau direbus, gunakan
segera dalam waktu 12 jam. Sedangkan ramuan yang direbus dapat digunakan dalam
jangka waktu 24 jam.
(BPOM RI, 2005)
Contoh obat herbal untuk orang tua adalah pemakaian daun
rambutan untuk menghitamkan rambut beruban. Berikut adalah cara penggunaannya:
Cuci daun rambutan secukupnya lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan
sedikit air sambil diaduk merata sampai menjadi adonan seperti bubur. Peras dan
saring dengan sepotong kain. Gunakan air yang terkumpul untuk membasahi rambut
kepala. Lakukan setiap hari sampai terlihat hasilnya (Dalimartha, 2007).
Daun dari rambutan mengandung tannin, dimana tannin merupakan
zat warna alami yang terdapat di dalam tanaman, sehingga dapat digunakan
sebagai pewarna rambut (Dalimartha, 2007).
DAFTAR
PUSTAKA
BPOM RI. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik. Jakarta.
Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara. Hal: 114-117.
Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara. Hal: 114-117.
Donatus, I. A. 1999. Nasib Obat Pada Diri Lanjut Usia (Lansia). SIGMA, 2(1): 1-10.
Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1): 1-7.
WHO, 2003, Traditional Medicine, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/, diakses Desember 2013.
0 komentar:
Posting Komentar