Senin, 06 Januari 2014

Vitamin dan Bagaimana Kebutuhan Vitamin di Usia Lanjut???



Vitamin. Istilah ini mungkin sudah sering anda dengar atau bahkan anda sudah sering mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin. Istilah vitamin mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tapi belum banyak yang mengetahui apa sesungguhnya vitamin tersebut. Sebenarnya apa itu vitamin? Lalu, seiring dengan usia, apakah kebutuhan vitamin kita sama dengan saat usia dewasa? Mari kita simak ulasan berikut...

Vitamin merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh karena tubuh tidak mampu membuatnya dan memerlukan sumber dari luar untuk mendapatkannya. Vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit untuk dapat melangsungkan kegiatan metabolisme dalam tubuh. Walaupun demikian, defisiensi (kurangnya) asupan vitamin sering dialami oleh masyarakat, khususnya pada orang tua (Fauci et al., 2008).
Vitamin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu vitamin larut air (Vitamin B dan C) dan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Vitamin larut air disimpan dalam tubuh dalam jumlah yang terbatas dan sisanya dibuang. Meskipun demikian, pemberian vitamin larut air dalam jumlah berlebihan, selain merupakan pemborosan, juga dapat menimbulkan efek yang tidak baik untuk tubuh. Untuk vitamin larut lemak, dapat disimpan dalam tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas (keracunan) jauh lebih besar dibandingkan vitamin larut air (Dewoto dan Wardhini, 1995).


Lalu bagaimana kebutuhan vitamin di usia tua?

Banyak studi menyebutkan bahwa pemasukan vitamin sering tidak mencukupi saat usia tua, dimana konsumsinya kurang dari 50% pada vitamin B1, vitamin D, dan vitamin E. Hal yang perlu diperhatikan bahwa kurangnya jumlah vitamin dalam tubuh lebih sering terjadi disebabkan oleh konsumsi vitamin yang tidak mencukupi dibandingkan adanya gangguan dalam tubuh yang menyebabkan vitamin rendah dalam tubuh (Lipschitz, 2003).
Kebutuhan vitamin di usia tua memiliki perbedaan dengan usia dewasa atau anak-anak. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Berikut ulasannya.
Perbedaan kebutuhan vitamin di usia tua dapat disebabkan oleh adanya perubahan fungsi saluran penernaan ketika kita memasuki usia tua. Mengapa hal tersebut terjadi? Proses penuaan memiliki pengaruh yang besar pada tubuh kita, misalnya saja proses pencernaan. Proses penuaan dapat mempegaruhi fungsi saluran cerna. Penuaan dapat menyebabkan penurunan jumlah faktor yang membantu proses penyerapan zat-zat penting. Contoh peristiwa ini adalah penurunan pembentukan mukoprotein di saluran cerna yang membantu proses penyerapan vitamin B12. Hal ini mengakibatkan kebutuhan vitamin usia lanjut akan berbeda dengan usia dewasa. Sehingga, tentu saja diperlukan penigkatan konsumsi vitamin B12 pada usia lanjut (Wahlqvist dan Lukito, 1992).
Pada usia lanjut juga terjadi perubahan respon tubuh lain, yang juga dapat mempengaruhi kebutuhan vitamin kita. Vitamin merupakan salah satu jenis dari obat, dimana di dalam tubuh obat akan diproses sedimikian rupa hingga dapat memberikan efek bagi yang mengkonsumsinya. Dalam perjalanannya hingga menimbukan efek tersebut, ternyata usia dapat menjadi salah satu faktor penentunya. Perubahan respon obat di dalam tubuh ini dapat disebabkan oleh:
1.    Penurunan fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses metabolisme beberapa obat. Metabolisme obat bertujuan untuk memudahkan mengeluarkan obat dari tubuh, baik melalui air seni, keringat, maupun tinja. Banyaknya obat yang ada dalam tubuh tergantung dari fungsi ginjal. Pada usia lanjut (65 tahun) terjadi penurunan fungsi penyaringan pada ginjal sebesar 65%. Apabila terjadi penurunan fungsi ginjal, maka obat akan cenderung lama berada di dalam tubuh dan dapat menyebabkan keracunan jika pemberian dosisnya tidak tepat.
2.    Pengurangan cairan tubuh dan peningkatan jumlah lemak dalam tubuh
Jumlah lemak dan cairan dalam tubuh juga berperan dalam distribusi obat di dalam tubuh. Proses penyerapan aktif juga dapat berkurang pada usia lanjut akibat penurunan fungsi saluran cerna. Gabungan dari hal tersebut adalah peningkatan jumlah obat yang berada dalam tubuh. Hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi dosis obat yang diberikan.
3.    Perubahan sensitivitas reseptor (tempat bekerjanya obat) terhadap obat. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang bekerja di otak. Pada usia lanjut, terjadi peningkatan sensitivitas reseptor untuk obat yang bekerja di otak. Pada reseptor yang sensitif, reseptor akan lebih peka dalam memberikan respon terhadap obat, dibandingkan reseptor di otak pada usia dewasa.
4.    Adanya berbagai penyakit
Adanya berbagai penyakit dapat mempengaruhi dosis dan jenis obat yang diberikan.  Misalnya untuk penyakit saluran cerna, dihindari menggunakan obat-obat yang bersifat mengiritasi (asam), sehingga biasanya digantingkan dengan obat lain yang kurang mengiritasi. Untuk penyakit ginjal dan hati, perlu dilakukan penyesuaian dosis pada kasus obat-obat tertentu, mengingat hati dan ginjal merupakan bagian penting dalam metabolisme obat.
5.    Penggunaan banyak obat
Obat-obat tertentu jika digunakan bersamaan dapat menimbulkan adanya interaksi. Interaksi yang terjadi dapat mengurangi atau menghilangkan efek obat bahkan ada yang dapat menyebabkan keracunan. Orang usia lanjut biasanya sudah mulai terserang berbagai penyakit dan memerlukan lebih banyak pengobatan, sehingga adanya interaksi obat diperhatikan, termasuk ketika mengkonsumsi vitamin (Setiawati dan Muchtar, 1995).
Meskipun terjadi beberapa perbedaan kebutuhan obat pada usia lanjut, anda tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi vitamin. Konsultasikan kebutuhan vitamin anda dengan dokter maupun apoteker anda.

Daftar Pustaka 
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., dan Loscalzo, J. 2008. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth Edition. USA:  The McGraw-Hill Companies. 
Dewonto, H.R. dan Wardhini, S. 1995. Vitamin. In: Ganiswara, E.G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lipschitz, D.A. 2003. Nutrition. In: Cassel, C.K.,  Leipzig, R.M., Cohen, H.J., Larson, E.B., Meier, D.E. Geriatric Medicine An Evidence-Based Approach. Newyork: Springer –Verlag Ne York Inc. P. 1011-1013.
Setiawati, A. dan Muchtar A. 1995. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Penderita terhadap Obat. In: Ganiswara, E.G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia
Wahlqvist,  M.L. dan Lukito, W. 1992. Nutrition in Elderly. Australia: Excerpta Medica.
 

0 komentar:

Posting Komentar