Vitamin. Istilah ini mungkin sudah sering anda dengar
atau bahkan anda sudah sering mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin. Istilah
vitamin mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tapi belum banyak yang
mengetahui apa sesungguhnya vitamin tersebut. Sebenarnya apa itu vitamin? Lalu,
seiring dengan usia, apakah kebutuhan vitamin kita sama dengan saat usia
dewasa? Mari kita simak ulasan berikut...
Vitamin merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh
karena tubuh tidak mampu membuatnya dan memerlukan sumber dari luar untuk
mendapatkannya. Vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit untuk dapat
melangsungkan kegiatan metabolisme dalam tubuh. Walaupun demikian, defisiensi
(kurangnya) asupan vitamin sering dialami oleh masyarakat, khususnya pada orang
tua (Fauci et al., 2008).
Vitamin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu vitamin larut
air (Vitamin B dan C) dan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Vitamin
larut air disimpan dalam tubuh dalam jumlah yang terbatas dan sisanya dibuang.
Meskipun demikian, pemberian vitamin larut air dalam jumlah berlebihan, selain
merupakan pemborosan, juga dapat menimbulkan efek yang tidak baik untuk tubuh.
Untuk vitamin larut lemak, dapat disimpan dalam tubuh dalam jumlah yang banyak,
sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas (keracunan) jauh lebih besar
dibandingkan vitamin larut air (Dewoto dan Wardhini, 1995).
Lalu
bagaimana kebutuhan vitamin di usia tua?
Banyak studi
menyebutkan bahwa pemasukan vitamin sering tidak mencukupi saat usia tua,
dimana konsumsinya kurang dari 50% pada vitamin B1, vitamin D, dan vitamin E.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa kurangnya jumlah vitamin dalam tubuh lebih
sering terjadi disebabkan oleh konsumsi vitamin yang tidak mencukupi
dibandingkan adanya gangguan dalam tubuh yang menyebabkan vitamin rendah dalam
tubuh (Lipschitz, 2003).
Kebutuhan
vitamin di usia tua memiliki perbedaan dengan usia dewasa atau anak-anak.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Berikut ulasannya.
Perbedaan
kebutuhan vitamin di usia tua dapat disebabkan oleh adanya perubahan fungsi
saluran penernaan ketika kita memasuki usia tua. Mengapa hal tersebut terjadi?
Proses penuaan memiliki pengaruh yang besar pada tubuh kita, misalnya saja
proses pencernaan. Proses penuaan dapat mempegaruhi fungsi saluran cerna. Penuaan
dapat menyebabkan penurunan jumlah faktor yang membantu proses penyerapan
zat-zat penting. Contoh peristiwa ini adalah penurunan pembentukan mukoprotein
di saluran cerna yang membantu proses penyerapan vitamin B12. Hal ini
mengakibatkan kebutuhan vitamin usia lanjut akan berbeda dengan usia dewasa.
Sehingga, tentu saja diperlukan penigkatan konsumsi vitamin B12 pada usia
lanjut (Wahlqvist dan Lukito, 1992).
Pada usia lanjut juga
terjadi perubahan respon tubuh lain, yang juga dapat mempengaruhi kebutuhan
vitamin kita. Vitamin merupakan salah satu jenis dari obat, dimana di dalam
tubuh obat akan diproses sedimikian rupa hingga dapat memberikan efek bagi yang
mengkonsumsinya. Dalam perjalanannya hingga menimbukan efek tersebut, ternyata
usia dapat menjadi salah satu faktor penentunya. Perubahan respon obat di dalam
tubuh ini dapat disebabkan oleh:
1. Penurunan
fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ
yang penting dalam proses metabolisme beberapa obat. Metabolisme obat bertujuan
untuk memudahkan mengeluarkan obat dari tubuh, baik melalui air seni, keringat,
maupun tinja. Banyaknya obat yang ada dalam tubuh tergantung dari fungsi
ginjal. Pada usia lanjut (65 tahun) terjadi penurunan fungsi penyaringan pada
ginjal sebesar 65%. Apabila terjadi penurunan fungsi ginjal, maka obat akan
cenderung lama berada di dalam tubuh dan dapat menyebabkan keracunan jika
pemberian dosisnya tidak tepat.
2. Pengurangan
cairan tubuh dan peningkatan jumlah lemak dalam tubuh
Jumlah lemak dan cairan
dalam tubuh juga berperan dalam distribusi obat di dalam tubuh. Proses
penyerapan aktif juga dapat berkurang pada usia lanjut akibat penurunan fungsi
saluran cerna. Gabungan dari hal tersebut adalah peningkatan jumlah obat yang
berada dalam tubuh. Hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi dosis obat yang
diberikan.
3. Perubahan
sensitivitas reseptor (tempat bekerjanya obat) terhadap obat. Hal ini berlaku
untuk obat-obat yang bekerja di otak. Pada usia lanjut, terjadi peningkatan
sensitivitas reseptor untuk obat yang bekerja di otak. Pada reseptor yang
sensitif, reseptor akan lebih peka dalam memberikan respon terhadap obat,
dibandingkan reseptor di otak pada usia dewasa.
4. Adanya
berbagai penyakit
Adanya berbagai
penyakit dapat mempengaruhi dosis dan jenis obat yang diberikan. Misalnya untuk penyakit saluran cerna,
dihindari menggunakan obat-obat yang bersifat mengiritasi (asam), sehingga
biasanya digantingkan dengan obat lain yang kurang mengiritasi. Untuk penyakit
ginjal dan hati, perlu dilakukan penyesuaian dosis pada kasus obat-obat
tertentu, mengingat hati dan ginjal merupakan bagian penting dalam metabolisme
obat.
5. Penggunaan
banyak obat
Obat-obat tertentu jika digunakan
bersamaan dapat menimbulkan adanya interaksi. Interaksi yang terjadi dapat
mengurangi atau menghilangkan efek obat bahkan ada yang dapat menyebabkan
keracunan. Orang usia lanjut biasanya sudah mulai terserang berbagai penyakit
dan memerlukan lebih banyak pengobatan, sehingga adanya interaksi obat
diperhatikan, termasuk ketika mengkonsumsi vitamin (Setiawati dan Muchtar, 1995).
Meskipun terjadi
beberapa perbedaan kebutuhan obat pada usia lanjut, anda tidak perlu khawatir
untuk mengkonsumsi vitamin. Konsultasikan kebutuhan vitamin anda dengan dokter
maupun apoteker anda.
Daftar Pustaka
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., dan Loscalzo, J. 2008. Harrison's Principles Of Internal Medicine Seventeenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
Dewonto, H.R. dan Wardhini, S. 1995. Vitamin. In: Ganiswara, E.G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lipschitz, D.A. 2003. Nutrition. In: Cassel, C.K., Leipzig, R.M., Cohen, H.J., Larson, E.B., Meier, D.E. Geriatric Medicine An Evidence-Based Approach. Newyork: Springer –Verlag Ne York Inc. P. 1011-1013.
Setiawati, A. dan Muchtar A. 1995. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Penderita terhadap Obat. In: Ganiswara, E.G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia
Wahlqvist, M.L. dan Lukito, W. 1992. Nutrition in Elderly. Australia: Excerpta Medica.
0 komentar:
Posting Komentar