Penuaan adalah sebuah proses alami. Setiap orang
akan mengalami fase yang mengarah kepada penuaan. Oleh karena itu, semua orang
harus menyadari dan mempersiapkan diri untuk menjadi lansia (lanjut usia) yang
sehat jasmani, rohani, dan sosial. Setiap orang mendambakan untuk tetap sehat
di usia lanjut (Ismayadi, 2004). Hal ini sesuai slogan Tahun Usia Lanjut WHO
yaitu “Do not put years to life but life
into years. Long life without continous usefulness, productivity, dan good
quality of life is not blessing” yang artinya usia panjang tidaklah ada
artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri dengan kualitas hidup yang baik
(Mitra Keluarga, 2013). Menjadi tua namun tetap sehat bukanlah hal yang
mustahil. Agar tetap aktif dan sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu
melakukan mempertahankan kemudian pola hidup sehat dengan menkonsumsi makanan
yang bergizi seimbang, melakukan aktifitas fisik atau olahraga secara benar dan
teratur, hindari minuman beralkohol dan tidak merokok (Ismayadi, 2004).
1.
Mengkonsumsi Makanan dan Air Putih
Usia tua sudah di mulai
pada umur 40 tahun, karena perkembangan fisik akan menurun, tapi perkembangan
mental terus berlangsung. Mulai saat itulah kita harus bisa menahan diri untuk
tidak mengkonsumsi makanan yang hanya di sukai dan yang memberi kepuasan,
karena enak di mulut. Bagi lansia sebaiknya mengkonsumsi makanan seperti
sayuran segar yang di cuci bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe
yang berprotein tinggi. Terutama hati yang banyak mengandung gizi seperti
kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C (Mitra Keluarga, 2013).
Selain itu lansia
disarankan untuk lebih banyak mengkonsumsi air putih setiap harinya (1,5 – 2 L
perhari). Air sangat besar artinya bagi tubuh
kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai
penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain (Ismayadi, 2004).
2.
Perhatian Keluarga
Perhatian keluarga mempunyai dampak psikologis
dan fisiologis yang amat besar, misalnya perhatian dalam bentuk penyediaan
makanan sehari – hari yang bergizi, perlindungan dan penjagaan keamanan dan
kenyamanan lingkungan tempat tinggal (Akmal, 2012). Selanjutnya interaksi
sosial dan komunitas juga sangat penting bagi kehidupan lansia untuk tetap
sehat. Jika seorang lansia mengalami kesepian, akan menimbulkan terjadinya
depresi pada lansia yang akan menurunkan daya tahan tubuh lansia. Bila depresi
yang diderita berkepanjangan maka kualitas sehat akan semakin menurun yang
dapat memperpendek umur (Ismayadi, 2004).
3.
Aerobik atau Berolahraga
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun.
Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat
lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut
ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan
kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan
berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama,
bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding (Ismayadi, 2004).
Olahraga
untuk lansia bertujuan untuk Pengembangan otot, untuk membantu tubuh agar tetap
dapat bergerak, stabil, dan bugar; Perbaikan stamina agar secara lambat laun menaikkan
kemampuan fisik/tubuh; Membangun kontak psikologis lebih luas untuk menghindari
perasaan terisolir (BKKBN, 2012).
Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia
yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap
bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja
optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam
tubuh. Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas
dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Sumedi, 2010).
4.
Istirahat yang Cukup
Sepertiga
dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur
sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit,
karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan
mempercepat proses penyembuhan penyakit. Orang lansia harus tidur lima sampai enam jam
sehari. Banyak orang kurang tidur jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah,
dan stress. Untuk itu istirahat sangat diperlukan supaya tubuh memiliki waktu
untuk melakukan recovery (pemulihan), sehingga dapat melakukan kerja atau
aktivitas sehari-hari dengan nyaman (Ismayadi, 2004).
5.
Faktor
Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu
reaksi seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respon atau
reaksi manusia dapat bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) serta
dapat bersifat aktif (tindakan yang nyata). Perilaku yang dianjurkan pada
lansia:
a.
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis serta meningkat rasa
percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
c.
Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.
d.
Olahraga ringan tiap hari.
e.
Makan sedikit tapi sering, dan pilih makanan yang sesuai serta
banyak minum.
f.
Berhenti merokok dan minum minuman keras.
g.
Minum obat sesuai dengan anjuran dokter/ petugas kesehatan yang
lain.
h.
Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.
i.
Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan sex.
j.
Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur
(Ismayadi, 2004).
6.
Minum suplemen gizi yang diperlukan
Pada lansia akan terjadi berbagai
macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal
tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar
lansia tidak terpenuhi. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian
suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas
kesehatan (Ismayadi, 2004).
7. Memeriksa
kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan
konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan
lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya
secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat
diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada
faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan
saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang
panjang dan tetap sehat (Ismayadi,
2004).
8. Mental
dan batin
Untuk mencapai hidup sehat bukan
hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan
bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin
tenang dan seimbang adalah:
a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan
jiwa dan pikiran menjadi tenang.
b. Hindari stres, hidup yang penuh
tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak
semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti
stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
c. Tersenyum dan tertawa sangat baik,
karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga
akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu
memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan
juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak
perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat (Ismayadi, 2004).
Selain beberapa cara yang telah
disebutkan diatas, untuk dapat menjadi lansia yang sehat, perlu diperhatikan
juga status gizi pada usia lanjut. Status gizi lansia adalah keadaan lansia
yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi dan zat-zat gizi
yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur.
Perbandingan perhitungan rata-rata kebutuhan gizi dengan jumlah asupan zat gizi
dapat memberikan indikasi ada tidaknya masalah gizi. Lansia dapat mengalami kelebihan
maupun kekurangan gizi (Akmal,
2012).
Kekurangan gizi bisa terjadi karena
ketidaktahuan, isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan
hidup, gangguan fisik, gangguan mental, kemiskinan, gangguan nafsu makan,
gangguan mengunyah, obat – obatan, peningkatan kebutuhan gizi, serta
alkoholisme (Mitra Keluarga, 2013). Dalam menentukan status gizi
lansia terlebih dahulu dilakukan evaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
gangguan gizi dan merencanakan usaha perbaikan untuk mengatasi
gangguan-gangguan tersebut. Perbaikan gizi lansia dapat menggunakan analisis
yang bersifat individual maupun kelompok dengan mengacu kepada Angka Kecukupan
Gizi (AKG). AKG ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat
badan dan keadaan fisiologis (Akmal,
2012).
Untuk itu, lansia dianjurkan untuk
mengkonsumsi aneka ragam makanan secara bergantian untuk menurunkan kekurangan
gizi tertentu. Keanekaragaman makanan tersebut diantaranya harus memiliki
sumber karbohidrat kompleks dalam jumlah sesuai aturan. Diantaranya, banyak
mengkonsumsi makanan berserat, memiliki zat ebsi cukup, atau bergantian antara
sumber nabati dan hewani. Minum air yang bersih dalam jumlah banyak, serta
membatasi konsumsi lemak dan minyak berlebihan, dan mengurangi makanan yang tinggi
gula murni dan lemak (Mitra
Keluarga, 2013).
Sedapat mungkin, perbanyak konsumsi
hewan laut, karena lemak tak jenuh Omega-3 pada ikan terbukti memberikan
perlindungan terhadap arterosklerosis.
Jangan lupa untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah berwarna hijau, kuning,
oranye karena banyak mengandung serat, vitamin C, vitamin A, dan vitamin E yang
melindungi sel tubuh dari kerusakan (Mitra Keluarga, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Akmal,
H. F. 2012. Perbedaan Asupan Energi,
Protein, Aktivitas Fisik Dan Status Gizi
Antara Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia.
Semarang: Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2012. Pembinaan Kesehatan
Fisik Bagi Lansia. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
Ismayadi. 2004. Proses
Menua (Aging Proses). Sumatera Utara: USU digital library.
Mitra
Keluarga. 2013. Majalah Rumah Sakit Mitra
Keluarga Edisi 9 Juni 2013. Jakarta : Rumah Sakit Mitra Keluarga Grup.
Nopembri,
S. 2010. Meningkatkan Kualitas Hidup
Aktif Para Lansia Melalui Aktivitas Jasmani Dan Olahraga. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Olahraga FIK
UNY.
Sumedi,
T., Wahyudi, dan Ani, K. 2010. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Skala
Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dewanata Cilacap. J. Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) 5(1). Prodi
keperawatan - Poltekkes Depkes Purwokerto.
0 komentar:
Posting Komentar