Orang tua sering
dianggap jarang mengkonsumsi obat-obatan tambahan dan obat-obatan alternatif.
Namun tahukah anda, baru-baru ini surveys menunjukkan bahwa orang tua lebi
seringmenggunakan obat-obatan tambahan dan obat-obat alternatif daripada orang
yang lebih muda. Dibandingkan dengan sekitar 50% pada populasi umum, 60 sampai
80% dari konsumen lanjut usia telah menyatakan penggunaan setidaknya satu
herbal atau nutrisi pada kondisi biasanya. Selain itu, jumlah obat yang diambil
oleh orang tua tidak bisa dianggap tidak sepele, karena berkisar 4-7 kali per
harinya (Moses, 2005)
Penggunaan
produk herbal atau obat tradisional biasanya tersedia dan dapat diperoleh tanpa
menggunakan resep. Bukti khasiat dan kemanan obat tradisional juga tidak selalu
didukung oleh data ilmiah yang memada (Moses, 2005)
Ada segudang
alasan mengapa lansia tertarik menggunakan obat-obat tambahan, termasuk obat
tradisional. Alasan yang paling umum adalah bahwa yang obat ini mudah didapat,
aman, dan efektif. Persepsi tersebut seperti mengesampingkan fakta bahwa
terdapat kemungkinan adanya efek samping obat serta adanya interaksi obat.
Selain itu, pada pasien lansia biasanya juga mengkonsumsi berbagai obat-obat
lain terkait dengan penyakitnya dan penurunan fungsi tubuh. Oleh karena itu,
rasionalitas penggunaan obat tradisional pada lansia harus lebih diperhatikan
lagi (Moses, 2005)
Adanya penyakit
kronis juga terkait dengan penggunaan obat tradisional yang lebih sering pada
orang tua. Dalam sebuah studi dari orang tua dengan arthritis, orang-orang yang
melaporkan penyakit yang lebih parah lebih cenderung menggunakan obat-obatan
tradisional atau suplemen lainnya. Hal tersebut juga terjadi pada pasien
diabetes dan kanker (Moses, 2005).
Lalu, kapan
seorang lansia dapat menggunakan obat tambahan atau obat tradisional? Ada
beberapa pedoman yang harus diperhatikan, yaitu
1. Penggunaan
harus bijaksana, baik dalam keadaan ditentukan, dianjurkan dan / atau dipilih sendiri, obat-obatan harus
digunakan hanya ketika alternatif yang
sesuai dan non-obat dianggap sesuai
kebutuhan.
2. Penggunaan
sesuai: obat yang paling tepat harus
dipilih, memperhitungkan faktor-faktor seperti kondisi pasien, , potensi risiko dan manfaat
pengobatan, dosis, lama pengobatan, dan biaya.
3. Kemanan:
efek merugikan dan kesalahan dalam penggunaan obat-obatan (baik dosis yang
urang atau berlebihan) harus diminimalkan.
4. Efikasi
atau khasiat : artinya penggunaan obat tradisional harus dapat mencapai
tujuan terapi dengan memberikan perubahan
yang bermanfaat dalam kesehatan.
(Moses,
2005).
Lalu,
obat tradisional apa saja yang berpotensi berbahaya dan perlu diperhatikan
penggunaannya pada orang tua? Mari kita lanjutkan
1. Bawang
putih
Bawang putih digunakan
untuk mengatasi berbagai penyakit seperti hiperlipidemia (kelebihan lemak dalam
darah), hipertensi, atherosclerosis, penyakit kardiovaskular (jantung dan
pembuluh darah), serta pencegahan kanker. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa sulfur aktif alliin, allicin, ajoene
dan dapat menghambat agregasi platelet, mengurangi pembentukan plak,
meningkatkan fibrinolisis, dan sederhana mengurangi tekanan darah. Uji coba
terkontrol secara acak (RCT) pada hiperlipidemia dilakukan pada awal 1990-an
menyarankan bawang putih bubuk tablet menurunkan kadar lipid, tetapi percobaan
sejak itu belum dilaporkan adanya efek yang signifikan secara statistik pada
konsentrasi lipid plasma dengan dosis yang sama dan dalam populasi yang sama.
Sebuah meta- analisis menyarankan efek antihipertensi, tetapi penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi efek pada CVD. Studi lain juga telah
menunjukkan peningkatan konsumsi bawang putih dalam makanan terkait dengan
penurunan risiko berkembangnya kanker perut dan kanker kolorektal, tapi penggunaannya
dalam suplemen tidak memberikan manfaat yang sama.
Efek samping penggunaan
bawang putih adalah waktu perdarahan berkepanjangan, keluhan pada saluran cernagastrointestinal,
nafas dan bau badan. Hentikan penggunaan setidaknya 7 hari sebelum operasi.
Bawang putih juga
menimbulkan beberapa interaksi obat seperi saquinavir dan chlorzoxazone dan
dapat berinteraksi dengan klorpropamid, ritonavir, fluindione, siklosporin,
docetaxel, dan parasetamol. Beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa bawang
putih mempengaruhi fungsi trombosit dan pembekuan darah. Sehingga lansia yang
mengkonsumsi obat-obatan tersebut harus berkonsultasi dengan dokter apabila
akan menggunakan obat tradisional dengan bahan bawang putih.
2. Echinacea
Echinacea digunakan pada kondisi pilek, infeksi saluran pernapasan atas, atau sebagai peningkat sistem imun (imunostimulan). Bukti ilmiah penggunaannya sampai saat ini adalah alkylamida dari echinacea merangsang fagositosis atau aktivasi makrofag, memodulasi sitokin (seperti IL6, IL 8, dan TNF alpha), dan meningkatkan mobilitas leukosit, yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem imun kita. Studi klinis menunjukkan echinacea efektif untuk pengobatan pilek serta dapat mengurangi insiden dan durasi flu. Efek samping yang dapat terjadi pada penggunaannya adalah keluhan pada saluran pencernaan dan ruam. Echinacea dapat berinteraksi degan enzim di dalam tubuh, yaitu dapat memodulasi sistem enzim CYP3A4 dan berinteraksi dengan kafein dan midazolam. Konsultasikan dengan dokter jika anda sedang menggunakan obat-obatan tersebut atau menggunakan obat lainnya yang berpotensi menimbulkan interaksi.
3. Ginseng
Ada berbagai jenis
ginseng , dan dua berikut adalah yang paling umum :
a. Amerika
Ginseng ( Panax quinquefolium )
Ginseng jenis ini dapat
digunakan untuk mengatasi pencegahan dan pengobatan diabetes, kelelahan,
imunostimulan (meningkatkan sistem imun), anti penuaan, dan mengatasi kanker
b. Asian
Ginseng atau Korean Ginseng Merah ( Panax Ginseng )
Ginseng jenis ini dapat
digunakan untuk mengatasi disfungsi seksual, pencegahan kanker, imunostimulan, meningkatkan
stamina, stamina, fungsi kognitif, diabetes, dan HIV/AIDS
Sangat sedikit
penelitian yang mebuktikan manfaat ginseng di atas. Konstituen aktif
ginsenosides yang terdapat pada ginseng dapat memodulasi angiogenesis (pembentukan
pembuluh darah baru). Ginseng Amerika telah terbukti mengurangi kadar glukosa
postprandial (kadar glukosa setelah makan) pada diabetes tipe 2, tetapi masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaanya. Ekstrak ginseng
terstandar terbukti dapat mempersingkat durasi flu atau infeksi saluran
pernapasan. Studi terbaru menunjukkan manfaat dalam menurunkan kelelahan yang
berhubungan dengan kanker tetapi masih diperlukan penelitian lanjutan.
Efek samping yang dapat
timbul pada penggunaan ginseng adalah insomnia (sulit tidur) dan gangguan pada
saluran cerna. Ginseng dapat menyebabkan tindakan estrogenik dan harus digunakan dengan
hati-hati oleh pasien dengan kanker hormon.
Ginseng Amerika dan Asia
dapat mengurangi efek dari warfarin (obat yang biasanya digunakan pada pasien
stroke) dan meningkatkan efek hipoglikemik insulin dan sulfonilurea. da laporan
kasus panax ginseng berinteraksi dengan phenelzine. Apakah anda menggunakan
ginseng bersamaan dengan obat-obat tersebut? Ayo konsultasikan pada dokter atau
apoteker anda!
(Anastasi et
al., 2011)
Daftar Pustaka
Moses, G. 2005. Complementary and Alternative Medicine Use in the Elderly. Journal of Pharmacy Practice and Research,
Volume 35, No. 1.
Anastasi,
J.K., Chang, M., dan Capili, B. 2011. Herbal Supplements: Talking With Your Patients. Journal for Nurse Practitioners, Vol. 7 (1):
29-35.